Sabtu, 16 Januari 2010

Jurassic Park of Indonesia


perkampungan nelayan di pulau komodo

“Ada orang yang menyebut tempat ini Jurassic Parknya Indonesia”, jelas guide kami ketika memimpin trekking di savana Pulau Komodo. Apa yang ada di pikiran Anda begitu mendengar Pulau Komodo? Reptil besar yang menjulur-julurkan lidah bercabangnya mencari mangsa? Setidaknya itulah yang muncul di kepala kami ketika pertama berkunjung ke kepulauan di Nusa Tenggara Timur ini. Tapi rupanya Kepulauan Komodo tidak hanya karnivora purba itu, melainkan sebuah paket ekowisata darat dan bawah laut yang begitu menawan.

Bertolak dari Jakarta pagi-pagi, menjelang siang kami mendarat di Denpasar. Lantas berganti pesawat menuju Labuan Bajo, Manggarai Barat. Ini adalah akses udara paling dekat ke Komodo. Dari Labuan Bajo, wisatawan bisa naik speed boat ke Pulau Komodo atau Pulau Rinca, dua pulau utama yang dihuni Komodo.

Pesona Komodo langsung dimulai ketika kami masih melayang di udara. Dari jendela pesawat, terlihat gugusan pulau yang diapit pulau Flores dan Sumbawa ini didominasi warna rumput savana yang menguning dan tanah merah kering. Uniknya, pulau-pulau tandus ini dilingkari pantai dan laut yang indah. Di beberapa pulau ini hidup sekitar 2500 ekor hewan yang dikenal di luar negeri dengan nama yang sangar, Komodo dragon.
Terletak di ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Komodo (TNK) didirikan pada tahun 1980 untuk melestarikan binatang langka Komodo (Varanus komodoensis) dan keanekaragaman hayati darat dan laut kawasan ini. Sebagai pengakuan dunia atas kekayaan alam ini, kawasan seluas 1.817 km2 ini dikukuhkan sebagai Cagar Manusia dan Biosfir serta Situs Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1986.

Tujuan kami yang pertama adalah pintu masuk ke Taman Nasional Komodo, Loh Buaya di Pulau Rinca. Alam di Loh Buaya sangat berbeda dibanding wilayah Indonesia kebanyakan. Ke mana pun mata memandang, terlihat bukit-bukit kecil yang didominasi rumput dan semak yang menguning di musim kering. Lazimnya savana, tidak banyak pohon yang tumbuh di sini. Di beberapa bagian menjulang pohon lontar secara bergerombol.

Setelah membayar tiket dan sumbangan untuk konservasi, seorang petugas TNK akan mendampingi turis melintasi trek yang telah disediakan untuk menikmati alam savana dan tentu saja melihat komodo di alam liar mereka. Setiap petugas membawa tongkat kayu berukuran 2 meteran dengan ujung bercabang dua sebagai senjata kalau ada komodo yang mengganggu. Dengan teknik yang tepat, sodokan ujung tongkat ke bahu komodo akan membuat hewan ini mundur.
Di kawasan ini Komodo adalah raja rantai makanan karena tidak punya pemangsa. Mereka memangsa apa saja, mulai dari kerbau liar, rusa, termasuk bahkan anak komodo dan komodo dewasa. Lidahnya yang super sensitif bisa menangkap bau darah dari jarak lebih dari satu kilometer. Gayanya menangkap mangsa adalah dengan bermalas-malasan seperti tidak peduli, tapi begitu mangsa mendekat, secepat kilat mereka menyerang. Bila mangsa belum lumpuh dalam serangan pertama, air liurnya yang mengandung bakteri mematikan membuat mangsa yang sudah dilukai lama-lama akan lemah.
Selain itu, kami juga mengunjungi Loh Liang di Pulau Komodo. Selain hewan komodo, di pulau ini kita bisa melihat berbagai jenis burung liar seperti kakak tua jambul kuning sampai burung gosong. Di sini fasilitas turis mulai dari kamar kecil, toko cenderamata sampai ruang selamat datang sangat bagus dan bersih, didominasi unsur kayu bergaya minimalis. Tidak kalah dengan fasilitas turis luar negeri. Fasilitas ini dibangun atas kerjasama NGO konservasi, The Nature Conservancy (TNC) dengan TNK dan pemerintah melalui PT Putri Naga Komodo. Kerjasama ini diharapkan bisa melestarikan alam Komodo yang kaya tapi juga bisa membangun ekoturisme yang mandiri.

Selain pesona darat, alam bawah laut Komodo sangat mempesona. Menurut hasil penelitian TNC yang sudah lama membantu konservasi daerah ini, keanekaragaman hayati dan terumbu karang kepulauan ini sangat kaya. Paling tidak ditemukan lebih dari 1.000 spesies ikan, 385 spesies terumbu karang, 70 spesies sepon dan 16 spesies paus dan lumba-lumba.Tidak heran kalau Komodo menjadi salah satu lokasi selam terbaik di dunia.

Berbekal peralatan snorkling, kami mencebur di Pantai Merah. Tiba-tiba kita merasa berada di dunia lain. Ikan dalam berbagai rupa, ukuran dan warna berseliweran santai di sekitar kita. Sementara itu terumbu karang dengan segala bentuk yang unik membuat kami betah berlama-lama memandang surga bawah air ini.

Di kawasan Taman Nasional ini tinggal sekitar 4.000 penduduk yang tersebar di empat area pemukiman (Komodo, Rinca, Kerora, dan Papagaran). Semua kampung-kampung ini telah ada jauh sebelum tahun 1980, saat di mana area ini dideklarasikan sebagai Taman Nasional. Kebanyakan adalah nelayan yang berasal dari Bima (Sumbawa), Manggarai, Flores Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Bersama penduduk inilah pemerintah, Taman Nasional dan TNC bekerjasama untuk menjaga kekayaan alam Komodo. Tantangannya beragam mulai dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan pariwisata tidak terkendali sampai teknik penangkapan ikan yang merusak, mulai dari bom ikan, penggunaan pukat harimau, dan penangkapan yang berlebihan. Sekali ekosistem ini rusak, akan butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk memulihkan kerajaan indah sang naga ini.

Tempat yang penting dikunjungi di Komodo: Loh Liang di Pulau Komodo dan Loh Buaya di Pulau Rinca. Bagi yang senang diving atau snorkeling, banyak sekali site yang indah untuk dinikmati. Pemandu turis di Labuan Bajo bisa menunjukkan tempat yang tepat.

Penginapan: Banyak penginapan yang tersedia di Labuhan Bajo. Bahkan tahun ini telah berdiri sebuah hotel berbintang 4 di kota ini.http://www.balihotelsdiscount.com/hotel_Bintang_Flores_Hotel_373_Flores_Island_33.html

Sebagai alternative, ada juga bungalow di Pulau Rinca, atau sekalian ingin pengalaman yang berbeda, bisa menyewa kapal yang sudah dilengkapi dengan kamar untuk menginap.

Transportasi: Sebaiknya mereservasi pesawat dari Denpasar ke Labuhan Bajo beberapa hari sebelumnya, karena penerbangan terbatas dan penumpang cukup banyak. Tiketnya sekitar 600 ribu. Sedangkan untuk mencapai Pulau Komodo dari Labuhan Bajo, cara terbaik adalah menyewa speedboat. Selain itu bisa juga menumpang boat umum yang dipakai masyarakat sekitarnya.

Berikut ini info detil dari www.gokomodo.org

While most visitors enter Komodo National Park through the gateway city of Labuan Bajo in the west of Flores or occasionally Bima in eastern Sumbawa, the departure point for your trip is actually Denpasar, Bali.

By Air:

Both Labuan Bajo and Bima are serviced by regularly scheduled flights from Bali.

Denpasar- Labuan Bajo
Flight Time: 90 minutes

1. INDONESIA AIR TRANSPORT (IAT)
DPS – LBJ: 10.00 – 11.30 (daily flight)
LBJ – DPS: 11.00 – 12.30 (daily flight)
Return ticket (as of 17/11/08): Rp. 1,800,000

2. MERPATI NUSANTARA
DPS – LBJ: 10.00 – 11.35 (every Monday, Tuesday, Thursday and Saturday)
LBJ – DPS: 12.05 – 13.40 (every Monday, Tuesday, Thursday and Saturday)
Return ticket (as of 17/11/08): Rp. 1,815,000

3. TRANS NUSA
DPS – LBJ: 09.00 – 10.22 (daily flight)
LBJ – DPS: 11.00 – 12.22 (daily flight)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar